PADANG - Museum Adityawarman yang diresmikan 1977 ini terletak di Jalan Diponegoro No 10. Luasnya 2,5 hektar. Di halaman museum ada deretan pohon pelindung berupa tanaman hias dan apotek hidup. Arsitekturnya berbentuk rumah adat Minangkabau, kiri dan kanan ada dua bangunan kiri dan kanan bernama rangkiang Sibayau-bayau dan Sitinjau lauik �kedua bangunan itu digunakan untuk menyimpan hasil panen padi.
Bagian kanan di halaman gedung museum tersebut terdapat kendaraan padati, alat angkut hasil pertanian seperti padi serta rempah-rempah lainnya, padati ini ditarik oleh kerbau. Sementara bagian bawah museum tersebut terdapat kendaraan tranportasi bendi alat transportasi khas orang Minangkbau.
Jika masuk ke dalam rumah gadang tersebut sebelah kiri khusus ruang pengenalan mengenai kekerabatan adat Minangkabau yang matrilineal dimana sistem kekerabatan mengambil garis keturunan dari ibu.
Bagian altar sebelah kiri juga terdapat singgasana kerajaan lengkap dengan aksesoris yang keseluruhannya didominasi warna kuning keemasan. Bagian depan masih dalam ruangan pertama akan menemukan tiga bilik dalam rumah gadang (rumah adatt minang kabau).
Selain itu ada beberapa juga barang bawaan seserahan untuk pengantin khas Sumatera Barat, dan satu set ruang fungsi rumah gadang pada upacara perkawinan.
Tak ketinggalan beberapa jenis pakaian ada minang kabau, mulai dari pakaian datuak, hulubalang, serta raja dan bundo kanduang lengkap bersama dengan aksesorisnya. Tak ketinggalan kain silungkang sebagai corak kain dari Sumatera Barat yang dibuat secara ditenun.
Yang lebih menariknya ternyata di Sumatera Barat juga terdapat budaya Mentawai yang tergabung dalam provinsi ini. Di Mentawai sangat kontras dengan budaya alam Minangkabau baik itu dari pakaiannya maupun dari segi adat istiadatnya yang mengambil garis keturunan patrilinial.
Yang lebih menonjol tampaknya replika arca Adityawarman yang diletakkan dalam Museum, meski replika arca tersebut sangat mirip dengan yang aslinya saat ini berada di museum nasional Jakarta. Adytiawarman merupakan raja pertama yang berkuasa di Pagaruyung, Kabupaten Batusangkar, Sumatera Barat.
Menurut Kepala Museum Adityawarman, Usria Dhavida �koleksi yang ada di museum ini berjumlah 6.000 koleksi yang didapat dari seluruh wilayah Indonesia. Koleksinya terbagi 10 kelompok, yakni kelompok Geologika/Geografika antara lain permata, granit, andesit, dan alat pemetaan.
Kelompok Biologika (rangka manusia, hewan, dan tumbuhan), Etnografika (budaya yang menggambarkan identitas suatu etnis), Arkeologika (benda hasil budaya pra-sejarah sampai masuk budaya barat), Historika (Benda sejarah yang berkaitan dengan organisasi, tokoh dan negara), Numismatika /Heraldika (mata uang atau alat tukar/ tanda jasa berupa pangkat, cap, stempel), Filolo-gika (naskah kuno), Keramologika (barang pecah belah), Seni Rupa (seni pengalaman artistik melalui obyek-obyek 2 dan 3 dimensi), dan Teknalogika (benda yang menggambarkan teknologi tradisonal dan modern). Museum tidak saja mengoleksi benda-benda bersejarah dari Sumbar, akan tetapi juga dari suku-suku bangsa yang ada di Nusantara.
Museum ini juga dijadikan sebagai tempat belajar siswa terutama tingkat SMP dan SMA yang ada di kota Padang.
"Setiap pekan pasti ada siswa yang datang ke museum ini bersama gurunya terutama untuk pelajaran Budaya Alam Minangkabau, selain itu museum ini juga dijadikan sebagai lokasi rekreasi pada hari libu," tutur Usria.
Dan setiap tahun juga sering digelar acara di museum ini, berupa atraksi anak-anak dan pagelaran seni dan budaya. "Tujuannya adalah mengenalkan budaya pada anak-anak agar mengetahui budayanya sendiri, ditambah lagi saat ini era modernisasi banyak tak mengenal budaya sendiri," ujarnya.
Museum Adytiawarman ini sekarang dibawah naungan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera Barat ini terletak dijantung Kota Padang.